A. Peralatan yang Diperlukan

  1. Penutup kepala yang dibuat dari topi atau helm yang dileng- kapi kain kasa berwarna hitam hingga menutupi batas leher. Penutup kepala digunakan untuk menghindari  sengatan lebah ketika panen
  2. Alat penghasil asap. Terbuat dari logam yang berbentuk se- perti corong emposan tikus yang dapat menghasilkan asap. Bahan penghasil asap dapat berupa serbuk gergaji kayu, daun-daun kering, atau seresah kering yang dimasukkan ke dalam alat penghasil asap kemudian diberi bara api (arang atau batu bara membara)
  3. Sarung tangan. Untuk menghindari sengatan lebah madu pada tangan, sarung tangan sebaiknya terbuat dari kulit sapi atau kain kanvas yang mampu melindungi tangan dari sengatan lebah madu. Sebaiknya sarung tangan elastis dan panjang hingga siku
  4. Alat pemotong sarang. Alat pemotong sarang terbuat dari logam yang bersih dan tajam. Digunakan untuk membantu melepas bagian sarang dari bingkai sarang yang ada dì dalam stup lebah madu. Panjang alat pemotong 20—25 cm, ujungnya sangat tajam. Digunakan untuk mengikis malam (Wax) dan propolis pada sarang lebah
  5. Kuas atau sìkat lebah. Kuas digunakan untuk mengusir le- bah dari set-set lembaran sarang yang dipanen. Sebaiknya kuas terbuat dari bahan yang halus dan bersih, sehingga tindak melukai lebah madu saat digunakan
  6. Stup atau kotak lebah. Stup terbuat dari kayu yang berukur- an panjang x lebar x tinggi 60 x 40 x 50 cm. Terdiri atas 8 bingkai sarang dan satu tambahan bingkai sarang yang di- gunakan untuk penyediaan pakan tambahan.
  7. Bingkai sarang. Bingkai sarang terbuat dari kayu, dimanfaat- kan oleh leba h madu untuk tempat sel sarang
  8. Ekstraktor. Ekstraktor adalah alat untuk memisahkan madu dari sel-sel sarang. Ekstraktor terbuat dari drum yang ter- buat dari stainless steel agar tidak berkarat

B. Pengelolaan Sarang / Koloni Lebah

1. Monitoring Koloni Lebah Madu

Koloni lebah madu perlu dimonitoring setiap satu atau dua minggu sekali. Pengecekan dilakukan untuk menge- tahui keberadaan hama dan patogen pada koloni lebah madu, selain itu juga untuk mengeta hui ketersediaan pakan di dalam sa rang dan melihat sarang yang terbentuk serta melihat perilaku lebah ratu, sudah cukup nya man atau be- lum. Saat melakukan pengecekan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

  • Guna kan penutup kepala untuk menghindari sengatan lebah.
  • Tida k berdiri di depan lubang stup, sehingga tidak menghalangi lebah untuk keluar dan masuk.
  • Saat membuka tutup stup harus dilakukan dengan hati- hati dan lemah lembut, tidak perlu menggunakan alat penghasil asap kalau lebah sedang tidak agresif.
  • Saat mengamati lembaran sarang, harus mengang- kat pelan-pelan bingka i sarang dan mengamati kedua belah sisinya kemudian mengembalikan sesuai tempatnya semula

2. Pemberian Pakan Tambahan

Secara normal, polen disimpan di dalam set sarang dan digunakan untuk persediaan protein dan vitamin koloni. Polen terdiri atas 6—28 % berat protein yang mengandung 10 asam amino esensial yang diperlukan oleh lebah madu. Nektar terdiri atas 5—80 % gula dan 0,2 % protein yang merupa kan penyedia karbohid rat di dalam koloni.
Untuk meningkatkan populasi lebah madu agar madu yang diproduksi lebih banyak, perlu diberikan pakan tambahan dan menambah bingkai set sarang. Pemberian pakan tambahan juga diperlukan ketika musim penghujan atau pada saat ketersediaan nektar dan polen di alam sangat sedikit. Pakan tambahan tersebut dapat berupa larutan gula atau sirup dengan konsentrasi 60 % gula + 40 % air yang ditempatkan pada bingkai sisir pakan tamba han.
Untuk kondisi normal, perlu ada tambahan pakan dengan ketentuan 40 % gula + 60 % air, apabila fase-fase per tumbuhan terdapat fase larva yang banyak, perlu ditambah 50 % gula + 50 % air, bahkan beberapa ilmuwan menyarankan untuk menambahkan 2 bagian gula + 1 bagian air. Penamba han bingkai set sarang pada stup ditujukan untuk menambah populasi lebah madu pekerja dari telur yang diletakkan oleh ratu lebah

    3. Jenis-jenis Tumbuhan Penghasil Pakan Lebah Madu

    Lebah madu dapat mencari pakan berupa nektar, polen, dan propolis dari tumbuhan, serta air bersih dengan jarak ideal pencarian sejauh 100 m. Penempatan koloni sebaiknya dekat dengan jenis tumbuhan penghasil nektar, polen, dan propolis.
    Jenis tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut.
    Lithocarpus oligocarpus, L. lipacon, L. bicoloratus,
    L. luzonensis, L. philippinensis, L. Ilanosii, L. jordanae,
    L. soleriana, Vaccinum barandanum, Rhodondendro sp., Palaguium tenuipetiolatum, Saurauia bontocensis, Calliandra ca/othyrsus, C. viminalis, Eucalyptus camaldulensis, E. teriticornis, E. robusta, f4orus alba,Gemilina arborea, Pterocarpus indicus, Cassia spectabilis, Mutingia calabura, Spathodea campanulata, Cassia hstula, Lagerstoemia speciosa, Samanea saman, Cananga odorata, AlbİZzia proceed, Syzygium cumingi, AnŁidesma bunius, Gliricidia sepium, Pethecellobium dulce, Cieba pentandra, Swietenia macrophylla, Acacia auriculiformis,
    A. mangium, Toona kalantas, Terminalia catapa, Tramd orientalis, Leucaena luecocephala, Erythrina orientalis, dan Vitex parviflora.

    4. Penggembalaan Koloni

    Koloni lebah madu perlu digembala kan di daera h yang banyak terdapat tumbuhan penghasil nektar dan polen. Penggembalaan ditujukan agar produksi madu semakin meningkat dan berkualîtas. Survei pendah uluan perlu dilakukan sebelum dilakukan penggembalaan. Penyurvei harus mengerti tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada dan fase tumbuh tumbuhannya. Penggembalaan harus dilakukan pada saat tumbuhan sedang berbunga.
    Pengangkutan stup dapat dilakukan dengan menggunakan truk dan dilakukan sore hari, sehingga perjalanan ditempuh pada malam hari. Sebaiknya pagi harînya telah sampai pada tempat penggembalaan. Apabila tempat pengembalaan sangat jauh maka perlu ditambahkan air secukupnya pada tempat pakan tambahan, pada pagi hari stup, diistirahatkan di tempat yang nyaman, dan sore hari yaitu sa at semua lebah telah masuk stup, perjalanan dapat dilanjutkan. Masa pengembalaan dapat bertahap maupun menetap, biasanya 1-3 minggu

    5. Pengenda lian Ha ma dan Penyakit Lebah Madu

    a. Tawon
    Tawon yang sering menjadi hama leba h madu adalah jenis Vespa spp. Di Indonesia, Vespa velutina adalah jenis tawon yang umum ditemui sebagai predator leba h madu (Gambar 13). Satu ekor tawon dapat mengambil 7 ekor Ie- bah madu dalam sekali periode penyerangan

    Pengendaliannya dapat dilakukan dengan langsung membunuh tawon di sekitar stup dan membakar sarang tawon di areal peternakan lebah madu. Tawon sangat agresif, ganas, dan sengatnya sangat menyakitkan. Oleh karena itu, pembakaran sarang tawon sebaiknya dilakukan pada malam hari, ketika semua tawon sedang tidak aktif dan berada di dalam sarang.

    b. Tungau
    Tungau parasitik yang sering menjadi masalah utama pada ternak leba h adalah Tropilaelaps clarae. Pengendalian dila kukan dengan membersih kan stup dan semua lembaran sa rang di dalamnya. Beberapa peternak mengg una kan a karisida, seperti Folbes (chlorobenzilate) dan Apistan (fluvalinate). Selain itu dapat menggunakan pestisida botani, seperti tembakau (Nicotiana tabaccum), caranya daun temba kau diletakkan di dalam stup dan diganti setiap mingg u. Cara tersebut mampu menurunkan tingkat serang- an tungau hingga 35 %.

    c. Burung
    Burung walet dan pentet adalah predator lebah ma du, seringkali menyambar lebah ma du yang sedang terbang. Seekor burung mampu mema kan 300 lebah madu. Pe- ngendalian dilakukan dengan memasang jaring burung pada daerah sekitar stup, tempat lebah pekerja beterbang- an. Burung-burung yang tertang kap dibiarkan pada jaring untuk memberikan efek jera bagi burung yang lain.

    d. Tikus
    Tikus adalah hama lebah madu yang sangat merug ikan, tikus tidak ha nya mema kan lebah dewasa, tetapi juga me- ma kan madu, larva, dan pupa leba h serta merusa k sarang. Pada serangan berat, koloni lebah madu dapat habis total. Pengendalian nya dengan cara menghalau tikus masu k stup, yaitu mencari lubang-lubang tikus di sekitar stup, dan dilaku- kan pengemposan dengan belerang serta langsung mem- bunuh tikus yang keluar lubang sarang dengan pentungan.

    e. Cecak
    Biasanya, cecak masuk lewat lubang stup kemudian ber- diam diri di dalam stup dan mulai memakan leba h satu per satu. Pada kondisi yang tidak terganggu, cecak juga bertelur di da la m stup dan memproduksi anak-ana knya. Pengendalian- nya dengan monitoring seminggu sekali, bila ditemukan te- tur cecak harus segera dimusnahkan dan bila ditemu kan cecak dewasa ha rus segera diburu dan dibunuh.


    f. Penyakit American Foulörood
    Disebabkan oleh bakteri Bacillus larvae yang menye- rang larva instar tua dan pupa muda. Lar’va dan pupa yang terserang a kan berwarna cokelat kemudian berubah men- jadi hitam dan menempel pada dinding set sarang. Serangan patogen dikenal dengan timbul bau masam (seperti sesuatu yang basi), tutup sel berwarna lebih gelap, dan bagian tubuh larva atau pupa lengket pada dinding set sarang. Penyakit ini dapat menular melalui beberapa cara, diantaranya terinfeksi lewat pakan, yaitu madu dan polen serta kontaminasi lewat peralatan yang dipakai peternak. PengendaTiannya dengan cara memisah kan koloni yang terserang dari koloni sehat dan memberinya pa kan antibiotik. Antibiotik yang sering di- guna kan adalah Oxytetracycline.

    g.Penyakit European Foulbrood
    Gejala penyakit European Fouldbrood sa ma dengan American Foulbrood. Yang membeda kan patogen penyebab penyakitnya, yaitu bakteri Streptococcus pluton dan hanya menyerang larva muda. Bakteri ini tidak membentu k spora dan jarang menyebabkan terjadinya kecekungan penutup set sarang, serta mudah dibersihkan. Penyakit ini kurang menjadi masalah dibandingkan dengan American Foulbrood, namun tingkat stress koloni sering memengaruhi tingkat serangan patogen penyebab penyakit. Cara pengendalian dapat dilakukan dengan pembuatan koloni baru dengan ratu yang lebih tahan dengan pemberian pa kan antibiotik secara rutin dengan antibiotik oxytetracycline (Terramycin). Hanya saja berdasarkan penelitian terbaru lebah yang diperla ku- kan dengan antibotik ma ka madunya akan mengandung antibiotik yang akhirnya madu tersebut dilarang dikonsumsi oleh badan kesehatan dunia.

    h.Penyakit Stonebrood
    Patogen penyebab penyakit berupa jamur Aspergillus flavus. Larva yang terserang A. harus akan menjadi keras. Penyakit dapat diatasi dengan menghembuskan fungisida ke dalam stup yang terinfeksi dan mela kukan sanitasi. Selanjutnya, masa panen harus diundur agar fungisida terdegradasi dengan baik, sehingga tida k menimbul kan residu.


    i.Penyakit Chalkbrood
    Penyakit Chalkbrood disebabkan oleh jamur Ascosphaera apis. Penyakit akan muncul dengan dukungan berbagai fak- tor lingkungan, terutama kelembapan tinggi. Pengendalian penyakit ini tida k direkomendasikan menggunakan pengen- dalian kimiawi, biasanya hanya dengan pembuatan koloni baru yang sehat, sementara koloni yang sudah terjangkit dimusnahkan.


    j. Nosema
    Nosema merupa kan penyakit pada koloni lebah madu yang disebabkan oleh microsporidian pembentuk spora, Nosema apis. Patogen menyerang ventrikulus atau usus be- lakang leba h ma du. Gejala penyakit tidak begitu jelas, namun dapat menyebabkan perilaku disorientasi atau paralisis.
    Diagnosis penya kit dapat dilakukan dengan pengamat- an pada perut leba h pekerja, apabila perut menggelembung dengan warna putih, kemungkinan serangan N. apis telah terjadi. Pengamatan yang !ebih lanjut dilakukan di Iaboratori- um dengan penghitungan jumlah spora N. apis yang di- peroleh dari usus bela kang lebah madu.
    Pengendalian penyakit dapat dila kukan dengan teknik pengelolaan koloni leba h yang baik dan pemberikan pa kan antibiotik fumagilin berupa sirup dan tidak dianjurkan di- gunakan dengan cara pengabutan karena tingkat serangan
    N. apis a kan lebih tinggi dengan kondisi lingkungan yang bersuasana panas (temperate area). Antibiotik yang tela h dipasarkan dan sering digunakan adalah Fumidil B dan atau Nosem -X.

    k . Virus
    Penya kit yang disebabkan virus tidak mudah didetek- si secara dini, biasanya terjadi paralisis pada lebah madu secara kronis. Selain itu, da pat menyebabkan lebah madu tidak berambut dan berwarna gelap yang seragam. Bebe- rapa jenis virus yang telah dikenali dan menjadi penyebab pen ya kit pada koloni lebah madu antara lain Arkansas bee Virus, S-shaped virus, dan slow bee paralysis virus.

    Baca Juga :

    .

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Mulai Chat
    💬 Need help?
    WA Pincuranbonjo
    Hallo Sobat, apa yg bisa kami bantu?